Senin, 23 Mei 2011

II. PENGENDALIAN BIAYA DENGAN BIAYA STANDAR

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Secara umum, suatu perusahaan dalam mengatur keuangannya membutuhkan suatu sistem yang bisa menggambarkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Akuntansi merupakan sistem yang digunakan perusahaan untuk dapat mendeskripsikan keadaan keuangan internal perusahaan tersebut.

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Objek akuntansi biaya adalah biaya. Mulyadi (2009:1)

2.1.2 Pengertian Biaya

Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Mulyadi (2002:8). Sedangkan Henry Simamora (2002:39) mengemukakan, Biaya sebagai pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa.

Jadi dapat disimpulkan dari dua definisi diatas, biaya adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa.

2.1.3 Penggolongan Biaya

Tujuan akhir akuntansi biaya adalah menyediakan informasi tentang biaya untuk manajemen guna membantu mereka dalam mengelola perusahaan atau departemennya. Dalam mengelola perusahaan manajemen membutuhkan biaya yang akurat.

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep “different costs for different purpose”, biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda, (Mulyadi:2009:13)

Penggolongan biaya yang dimaksud antara lain adalah :

1. Berdasarkan hubungan dengan produk

a. Biaya Produksi

Yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan diperiode dimana produk itu dijual. Biaya ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik terbagi lagi dalam dua kategori, yaitu :

· Biaya Utama (Prime Cost) adalah biaya yang terdiri dari bahan baku dan upah langsung yang berhubungan langsung dengan produksi.

· Biaya Konversi (Conversion Cost) adalah biaya yang berkaitan dengan pengendalian bahan baku menjadi produk jadi. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.

b. Biaya Periodik

Yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan waktu dibanding dari unit yang diproduksi. Seluruh biaya ini dibebankan kepada penghasilan diperiode dimana biaya tersebut terjadi. Biaya periodic ini disebut juga biaya komersil. Contoh dari biaya ini adalah biaya administrasi dana umum, biaya pemasaran (biaya iklan dan promosi, biaya upah sales). Khusus biaya pemasaran seperti biaya iklan sering ditunda pembebanannya karena masih dianggap bermanfaat untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

2. Berdasarkan periode akuntansi atau pembukuan

a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure)

Yaitu biaya yang dikelurakan yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran ini membentuk cost (harga pokok).

b. Pengeluaran penghasilan

Yaitu biaya yang dikeluarkan yang bermanfaat hanya dalam satu periode akuntansi (kurang atau sama dengan satu tahun). Pengeluaran ini menjadi expense (biaya) diperiode saat terjadi biaya itu.

3. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi/kegiatan perusahaan

a. Biaya Variable

Yaitu biaya yang selalu berubah secara proposional (sebanding) sesuai dengan perbandingan volume kegiatan perusahaan.

b. Biaya Semi Variable atau semi tetap

Yaitu biaya yang selalu berubah tetapi perubahannya tidak proposional (sebanding) dengan perubahan kegiatan atau volume kegiatan perusahaan.

c. Biaya tetap

Yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan perusahaan.

4. Berdasarkan hubungannya untuk tujuan pengawasan

a. Biaya standar

Yaitu biaya yang telah ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini dianggap benar.

b. Biaya Taksiran

Yaitu biaya yang ditaksir terlebih dahilu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya maka yang dianggap benar adalah adalah biaya sesungguhnya.

c. Biaya sesungguhnya

Yaitu biaya yang sungguh-sungguh terjadi atau biaya yang dibebankan.

5. Berdasarkan dalam hubungannya dengan departemen produksi

a. Biaya Departemen Produksi

Yaitu biaya yang dibebankan atas perhitungan pada bagian atau departemen yang secara langsung menangani pembuatan barang atau produk.

b. Biaya Departemen Pembantu

Yaitu biaya yang dibebankan kepada departemen yang menyediakan fasilitas memberikan service untuk departemen lain (dengan departemen produksi atau departemen pembantu lain).

c. Biaya Tidak Langsung Departemen

Yaitu biaya yang diperhitungkan terhadap suatu departemen karena departemen tersebut menggunakan fasilitas lain.

6. Berdasarkan hubungannya dengan fungsi-fungsi yang ada diperusahaan

a. Biaya Produksi

Yaitu biaya total bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dalam rangka memproduksi suatu produk.

b. Biaya Pemasaran

Yaitu biaya yang dikelurkan dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan.

c. Biaya Administrasi dan Umum

Yaitu biaya yang dikelurkan dalam rangka mengarahkan, mengendalikan dan mengopersikan perusahaan.

d. Biaya Keuangan

Yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan dana untuk operasi perusahaan.

7. Berdasarkan dalam hubungannya dengan pengendalian biaya

a. Biaya Terkendali (Controllable Cost)

Yaitu Biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

b. Biaya Tak Terkendali

Yaitu biaya ynag tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin atau jabatan tertentu berdasrkan wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam waktu tertentu.

.

2.1.4 Definisi Biaya Bahan Baku Standar

Biaya bahan baku standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiaya kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan factor-faktor lain tertentu. Mulyadi (2009:387)

Sedangkan Henry Simamora (2002:328) mengemukakan biaya standar (standar Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka (predetermined cost) untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrikasi.

Kata-kata biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan dimuka merupakan pedoman didalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah.

Sistem biaya standar merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga menajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya ini mencatat biaya yang seharusnya dikeluarkan dan biaya yang sesungguhnya terjadi, dan menyajikan perbandingan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya serta menyajikan analisis biaya standar dan biaya sesungguhnya.

2.1.5 Varians Bahan Baku

Varians bahan baku adalah selisih bahan baku actual dengan bahan baku berdasrkan standar yang diperkirakan, Bastian Bustami dan Nurlela (2009:274). Dalam varians bahan baku dapat dianalisis menjadi :

1. Varians harga bahan baku

Adalah selisih harga bahan baku actual dengan harga bahan baku berdasarkan standar yag diperkirakan. Perusahaan biasanya menghitug varians harga bahan baku pada saat berbeda dengan pencatatan harga beli bahan baku atau harga pemakaian bahan baku.

Kemungkinan penyebab varians bahan baku tidak menguntungkan adalah :

· Fluktuasi harga pasar bahan baku yang cukup tajam.

· Jauhnya pemasok, sehingga tingginya biaya angkut yang dibebankan ke perusahaan.

· Gagalnya memanfaatkan potongan tunai yang diberikan pemasok.

Yang bertanggung jawab terjadinya varians pembelian harga adalah departemen pembelian. Namun personal supervise dan perancangan produk yang mengusulkan spesifikasi jenis dan merek bahan tertentu juga dapat diminta pertanggungjawabannya

2. Varians Penggunaan Bahan

Adalah selisih antar kuantitas actual yang digunakan untuk produksi dengan pemakaian bahan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menggunakan harga beli bahan baku standar.

Untuk kebutuhan pengendalian, jika terjadi varians harus segera disolusi secepat mungkin walaupun ada kemungkinan tidak dapat dihitung sampai pekerjaan selesai, karena varians sangat besar pengaruhnya pada baiay operasi.

Kemungkinan terjadinya varians tidak menguntungkan :

· Kehilangan bahan baku saat penanganan tahap awal proses.

· Pemborosan selama pemrosesan.

· Terjadi kerusakan bahan dan sisa bahan berlebihan.

· Perubahan spesifikasi produk yang belum disesuaikan dengan standar.

· Penggantian bahan baku dari standar yang ditetapkan.

Sedangkan Supriyono (2008:103) mengemukakan bahwa varians bahan baku dapat dianalisis menjadi :

1. Standar Harga Bahan Baku.

Adalah harga bahan baku persatuan bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pembelian bahan baku. Penyebab terjadinya selisih :

· Fluktuasi harga pasar bahan baku yang bersangkutan.

· Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.

· Pembelian dari supplier yang lokasinya lebih menguntungkan atau tidak menguntungkan.

· Kegagalan dalam memanfaatkan potongan pembelian.

· Tambahan pembayaran bahan baku adanya pembelian khusus yang dilaksanakan.

· Pembelian dalam jumlah ekonomis atau tidak ekonomis.

· Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus membeli bahan baku secara mendadak.

2. Kuantitas Bahan Baku

Adalah kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai dalam pengolahan satu satuan produk teetentu. Penyebab terjadinya selisih adalah :

· Perubahan rancangan produk, peralatan atau metode perolehan produk yang belum dinyatakan standar.

· Pemakaian bahan baku subtitusi yang menguntungkan atau merugikan.

· Selisih hasil dari bahan baku yang mengakibatkan kuantitas yang dipakai lebih besar atau lebih kecil disbanding standar.

· Kerugian bahan baku karena rusak, yang disebabkan karyawan tidak terlatih, tidak diawasi atau teledor saat bekerja.

· Pengawasan yang terlalu kaku.

· Kurangnya peralatan atau mesin.

· Kegagalan dalam mangatur mesin atau peralatan dalam konsisi yang baik.

Manfaat dari adanya selisih harga, adalah :

· Selisih harga bahan baku pada dasarnya adalah tanggung jawab dari bagian pembelian karena bagian tersebut telah membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari banding standar. Oleh karena itu selisih harga bahan baku dapat dipakai nilai investasi bagian pembelian.

· Perhitungan selisih harga bahan baku dapat bermanfaat untuk harga bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

Manfaat adanya selisih kuantias bahan baku, adalah :

· Menilai departemen produksi atau pabrik

· Untuk mengukur pengaruh akibat efisiensi pemakaian bahan baku terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

2.1.6 Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya

Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting dalam pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditetentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaanya secara efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.

Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem biaya standar menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (Excception principle). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan yang meyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. Mulyadi (2009:388)

Biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya standar memberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar digunakan untuk :

1. Menetapkan anggaran

2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi.

3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan keuangan.

4. Membebankan persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.

Biaya standar memiliki kelemahan. Seringkali standar cenderung manjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar menimbulkan maslah persediaan. Contohnya perubahan dalam harga bahan baku memerlukan penyesuaian terhadap persediaan, tidak saja persediaan bahan baku tetapi juga persediaan produk dalam proses dan produk jadi yang berisi bahan baku tersebut. Jika standar sering diperbaiki, akan meyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang beerarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis. (Mulyadi:2009:387)

2.1.7 Prosedur Penetapan Biaya Standar

Dalam bukunya yang berjudul akuntansi biaya, Mulyadi (2009:390) mengemukakan penentuan untuk biaya standar dibagi kedalam tiga bagian : Biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar dan biaya overhead standar. Untuk prosedur penetapan biaya standar adalah sebagai berikut :

a. Biaya bahan baku standar terdiri dari :

1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sebuah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan kuantitas standar.

2. Harga persatuan fisik tersebut, atau disebut juga harga standar.

Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, warna, bentuk, karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya. Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan :

1. Penyelidikan Teknis

2. Analisis dalam bentuk :

a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.

b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaa oekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.

c. Menghitung rata-rata bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.

b. Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :

1. Harga yang diperkirakan akan berlaku dimasa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.

2. Harga yangh berlaku pada saat penyusunan standar.

3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

c. Harga standar bahan baku digunakan untuk :

1. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian.

2. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan. Tersebut.

Harga yang akan dipilih sebagian tergantung dari jenis fluktuasi harga yang diperkirakan dan tujuan penggunaan biaya standar. Fluktuasi standar cenderung untuk berulang kali terjadi dan tidak dapat dipastikan mempunyai kecenderungan turun atau naik., maka harga normal yang tepat untuk situasi seperti ini. Jika arah perubahan harga dimasa yang akan datang dapat diperkirakan dengan baik, maka harga yang tepat untuk situasi ini adalah harga rata-rata dalam periode di mana biaya standar yang akan dipakai.

Menurut Bastian Bustani dan Nurlela (2009:272), dalam penetapan biaya bahan baku ada dua jenis standar yang digunakan, yaitu :

1. Standar Harga Bahan Baku

Penetapan standar harga bahan baku memungkunkan untuk memantau kinerja bagian pembelian dan mendeteksi pengaruhnya terhadap biaya bahan baku dna mengukur dampak dari kenaikan dan penurunan harga bahan baku terhadap laba.

2. Standar Kuantitas bahan baku

Penetapan standar kuantitas bahan baku umumnya dikembangkan berdasarkan spesifikasi hasil penelitian yang dilakukan bagian rekayasa produk. Untuk standar pemakaian bahan baku ini perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian dan antisipasi persediaan.

2.1.8 Jenis Standar

Standar dapat digolongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut :

1. Standar Teoritis

Disebut juga standar ideal, yaitu standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai. Asumsi yang mendasari standar teoriris ini adalah bahwa standar merupakan tingkat yang paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksana.

2. Rata-rata Biaya Waktu yang Lalu

Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya yang tidak efisien, yang seharusnya tidak dimasukan dalam unsur biaya standar.

3. Standar Normal

Standar normal didasarkan atas taksiran biaya yang akan datang dibawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Kenyataannya standar normal didasarkan pada biaya masa lalu yang disesuaikan dengan taksiran biaya yang akan datang.

4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance)

Standar ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.

Menurut Carter dan Usry (2002 : 155), menghitung biaya standar memerlukan standar fisik. Standar fisik standar fisik terbagi dua :

1. Standar dasar

Adalah tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja actual.

2. Standar sekarang terbagi atas tiga jenis :

· Standar actual yang diperkirakan mencerminkan tingkat aktifitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan estimasi yang paling dekat dengan hasil yang actual.

· Standar normal mencerminkan tingkat aktifitas dan efisiensi normal. Standar ini menantang namun dapat dicapai.

· Standar teoritis mencerminkan tingkat efektifitas dan efisiensi maksimum. Standar ini merupakan cita-cita yang dituju bukannya kinerja yang dapat dicapai sekarang.

2.1.9 Pengendalian Biaya

Tanggung jawab atas pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada individu-individu tertentu yang bertanggung jawab untuk menganggarkan biaya yang berada dibawah kendali mereka. Setiap tanggung jawab manajer sebaiknya dibatasi pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut, dan kinerja secara umum diukur dengan membandingkana antara biaya dan pendapatan actual terhadap anggaran.

Untuk membantu mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan jumlah biaya yang telah ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya standar. Biaya standar juga dapat dijadikan dasar untuk anggaran dan laporan biaya.

Pengendalian biaya dipandang sebagai usaha manajemen untuk mencapai sasaran biaya dalam kegiatan tertentu. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui program-program pengurangan biaya, perencanaan biaya, dan perhatian yang terus menerus terhadapa pengambilan keputusan biaya dalam kaitannya dengan pengeluaran biaya.

Selain itu pengendalian biaya dapat dilakukan dengan membandingkan antara biaya yang di standarkan dengan biaya sesungguhnya. Pengendalian memerlukan standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolak ukur pengendalian. Biaya yang menjadi tolak ukur disebut biaya standar.

Dalam pengendalian biaya dengan menggunkan biaya standar akan menimbulkan selisih biaya dari biaya sesungguhnya. Selisih yang akan timbul antara lain adalah selisih menguntungkan dan selisih biaya merugikan, dan tidak ada selisih.

2.1.10 Manfaat analisis Biaya Sesungguhnya dari biaya standar bagi manajemen

Henry Simamora (2002:340) dalam bukunya yang berjudul akuntansi manajemen, selisih menyediakan ukuran kinerja yang dapat dipakai untuk mengendalikan biaya. Jumlah selisih memberikan sebuah ukuran signifikansi selisih. Namun sudah sepatutnya manajer melihat lebih dari sekedar jumlah selisih, dan mencoba menetukan penyebabnya.

Selisih menguntungkan, terjadi manakala harga atau penggunaan actual atau sesungguhnya masukan lebih besar dari pada harga atau penggunaan standar. Seandainya terjadi hal sebaliknya, maka yang muncul adalah selisih menguntungkan. Selisih menguntungkan dan selisih tidak menguntungkan tidak identik dengan selsih baik dan selisih buruk. Terminologi menguntungkan dan tidakmengungkan menunjuk ke hubungan harga dan kuantitas actual atau sesungguhnya. Apakah selish itu sifatnya baik atau buruk akan tergantung pada mengapa selisih itu dapat terjadi. Penentuan mengapa selisih tersebut muncul tentunya memerlukan langkah investigasi selisih yang dilakukan oleh manajer.

2.2 Analisis Penyimpangan Biaya sesungguhnya dari Biaya Standar

Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Mulyadi (2009:395). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis dan dari analisis ini dapat diselidiki penyebab terjadinya penyimpangan dan selisih dari biaya standar dan biaya sesungguhnya, untuk kemudian dijalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan.

Terdapat tiga model selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar, Mulayadi (2009:395) , yaitu :

1. Model Satu Selisih (The One Way Model)

Dalam masalah ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah kedalam selish harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.

Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisis laba atau selisih yang menguntungkan) dan tanda R (selish rugi). Analisis dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut :

St = (HSt x KSt) – (HS x KS)

Keterangan :

KSt = Kuantitas Standar

KS = Kuantitas Sesungguhnya

HSt = Harga Standar

HS = Harga Sesungguhnya

2. Model Dua Selisih (The Two Way Model)

Dalam model analisis ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas. Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

a. Selisih Harga Biaya Bahan Baku

SH = (HSt – HS) x KS

b. Selisih Kuantitas Bahan Baku

SK = (KSt – KS) x HSt

Dalam hubungannya dengan biaya bahan baku, analisis selisih biaya bahan baku menjadi selisih harga dan selisih kuantitas ditujukan untuk membebankan tanggung jawab terjadinya masing-masing jenis selisih tersebut kepada manajer fungsi pembelian, sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer produksi.

3. Model Tiga Selisih (The Three Way Model)

Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam yaitu selish harga, selisih kuantitas dan selisih harga/kuantitas. Model dua selisih menadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan kuantitas jika harga dan kuantitas masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya atau jika kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, begitu pula sebaliknya .

a. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.

b. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.

c. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya dan kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.

Harga standar dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya. Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi harag standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga sesungguhnyadan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dlam persamaan berikut ini :

SH = (HSt – HS) x KSt Selisih harga Bahan Baku

SK = (KSt – KS) x HSt Selisih kuantitas bahan baku

SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Selisih harga/kuantitas bahan baku

2.3 Kajian penelitian Sejenis

Dalam penulisan ilmiah ini penulis melakukan penelitian sejenis dari :

1. Penelitian dengan judul “Biaya Standar sebagai Alat Varians Biaya Bahan Baku pada PT. Kaos Aseli’ disusun oleh Windu Muharram Kholiq Fajar Fahlevi (2005). Menyimpulkan :

a. Setelah dilakukan analisis biaya bahan baku dengan model dua selisih pada PT. Kaos Aseli tahu 2000, diketahui terjadi selisih harga yang menguntungkan dan selisih kuantitas yang merugikan. Selisih harga yang menguntungkan ini dikarenakan perusahaan mampu memanfaatkan potongan harga yang diberikan oleh supplier untuk bahan baku yang diperoleh. Sedangkan selisih harga yang merugikan, dikarenakan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya lebih besar dari bahan baku yang distandarkan, dan kurangnya pengawasan yang dilakukan bagian produksi sehingga bahan baku banyak yang rusak.

2. Penelitian dengan judul “Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Roti DJ Bakery” disusun oleh Achmad Rizkiansyah (2007). Menyimpulkan :

a. Perhitungan selisih biaya bahan baku dengan menggunakan model satu selisih, dua selisih dan tiga selisih perusahaan mendapatkan selisih biaya bahan baku yang menguntungkan sebesar Rp. 1.602.575. Hal ini disebabkan karena perusahaan mempunyai karyawan yang terlatih sehingga dalam proses produksi pembuatan roti hanya terjadi sedikit kerusakan pada adonan dan pemborosan pemakaian bahan baku. Selain itu perusahaan juga melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak dan memanfaatkan diskon yang diberikan oleh supplier. Dalam hal ini pengendalian biaya standar dalam perusahaan roti DJ Bakery sudah efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar