Sabtu, 03 April 2010

Resensi

Daniel Isn’t Talking

(Daniel belum bisa bicara)

Cerita ini bercerita tentang satu keluarga yang awalnya harmonis, kemudian memiliki dua orang anak, dimana satu anaknya adalah penderita autisme.

Daniel adalah seorang anak penderita autisme, penyakit yang di deritanya ini membuat pernikahan kedua orang tuanya terancam bubar karena ayah dan ibunya berbeda pendapat. Sang ibu “Melani” yakin sekali bahwa Daniel dapat disembuhkan dengan terapi,sementara ayahnya “Stephen” tidak percaya dan ingin Daniel disekolahkan ke sekolah luar biasa (SLB). Ketegangan diantara kedua orang tua Daniel makin meningkat, sementara Melanie terus berjuang untuk mencari kesembuhan bagi Daniel. Sementara Stephen memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan kembali kepada kekasihnya.

Suatu hari Melanie mendengar tentang Andi O’Connon yang menyebut dirinya sebagai ahli terapi bermain khusus untuk anak-anak penderita autisme. Daftar kliennya begitu panjang, dia sulit sekali utnuk dihubungi.

Sejumlah orang mengatakan Andi adalah seorang penipu dan tidak memiliki kualifikasi apapun dan tidak memiliki ijazah khusus, tidak ada Universitas atau badan kesehatan manapun yang mau menerimanya. Tetapi begitu Andi O’Connon dating kerumah Melanie dam nulai mengajak Daniel bermain, Melanie mulai yakin telah menemukan orang yang tepat untuk membantu kesembuhan anaknya, dan mungkin juga pria inilah yang akan menjadi kunci kebahagiaan Melanie dan Daniel.

Pada suatu ketika, Stephen ingin kembali kepada Melanie untuk menjalani kehidupannya bersama. Stephen meninggalkan Melanie saat Melanie sedang berusaha keras agar Daniel sembuh, tetapi Stephen yang begitu teganya meninggalkan Melani dan Daniel yang sedang butuh kasih sayang dan perhatian kedua orang tuanya. Saat ini Melanie merasa telah menemukan seorang yang tepat untuk membantu mengurus keluarganya agar lebih baik dan menerima keluarganya apa adanya.

Suatu hari Melanie dan Stephen bertemu disebuah taman dan Stephen berbicara tentang semua yang ia inginkan, namun disamping itu, ada Andi yang telah menunggunya dan menginginkan Melanie untuk menjalani hidup bersamanya. Kemudian Melanie berfikir sejenak dan akhirnya Melanie memutuskan untuk menolak secara halus permintaan Stephen untuk hidup bersama kembali, karena Melanie merasa hidupnya akan lebih baik bersama Andi dan Andi dapat membahagiakan anak-anaknya.

Lalu Melanie mengungkapkan semua yang dirasakannya kepada Stephen bahwa pada saat itu dia sedang membutuhkan Stephen untuk bersama-sama mencari cara untuk kesembuhan Daniel, tetapi Stephen tidak menyukai keadaan itu, memiliki anak seorang autisme, sehingga pada saat itu Melanie sakit hati dengan sikap Stephen. Stephen hanya bisa tertunduk diam dan sedih mendengar cerita Melanie.

Akhirnya Melanie dan Stephen memutuskan untuk berpisah dan berfikir mungkin itu jalan yang terbaik untuk mereka sebagai awal dari kebahagiaan mereka, kemudian Melanie pergi meninggalkan Stephen perlahan dengan hati yang terluka, tetapi sebenarnya Melanie berat untuk meninggalkan Stephen. Melanie bergegas menghampiri anaknya yang telah menunggu dan masuk kedalam mobil dan berfikir sejenak, ingin kemana ia pergi?. Melanie menghubungi Andi dan berkata, “Maaf, aku agak sedikit terlambat karena harus mengantar anak-anak”, “Jangan khawatir”, jawab Andi. Tetapi Andi mendengar aneh dalam nada bicara Melanie yang terlihat sedih.

Disuatu tempat Melanie dan Andi bertemu dan membicarakan tentang semua yang Melanie rasakan. Melanie tidak ingin hal yang dilakukan Stephen terulang kembali. Semua ia curahkan kepada Andi. Dan Andi berkata, “Jangan khawatir aku akan selalu menuggumu, aku percaya kepadamu”.

Dari hari ke hari Melanie selalu melakukan sesuatu bersama Andi, wajah sedihnya pun tak terlihat lagi dan keadaan Daniel pun semakin baik, sehingga akhirnya seiring dengan waktu yang mereka lewati bersama, Andi dan Melanie memutuskan untuk menjalani hidup bersama dan mengurus anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.



  • SEKIAN -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar